Industri Tekstil Tak Khawatirkan Dampak Biaya Logistik Global. Komitmen Indonesia untuk menjamin keberlanjutan produksi di tengah pandemi dan masalah logistik yang terjadi secara merata. Pemerintah optimis pengiriman produk tekstil cenderung tak terganggu.
Logistik Tidak Mempengaruhi Industri Tekstil
Pelaku industri meyakini permintaan pada tekstil dan produk tekstil (TPT) tetap akan tumbuh, terlepas dari risiko kenaikan harga di tingkat konsumen imbas dari biaya logistik global yang masih tinggi.
Wakil Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Anne Patricia Sutanto mengatakan kondisi logistik global tidak mempengaruhi daya saing Indonesia dibandingkan dengan produsen lain. Komitmen Indonesia untuk menjamin keberlanjutan produksi di tengah pandemi dan masalah logistik yang terjadi secara merata membuat pengiriman produk tekstil cenderung tak terganggu.
“Masalah logistik ini tak hanya Indonesia yang merasakan, tetapi juga pada ekspor negara-negara produsen lainnya. Jadi dari sisi daya saing tetap sama,” kata Anne.
Kementerian Perindustrian memperkirakan ITPT akan mulai rebound ke angka pertumbuhan positif di akhir tahun 2021.
Utilisasi tekstil mulai membaik sejak Bulan Agustus 2021 yaitu sekitar 65% menjadi kurang lebih 75% pada Bulan Oktober 2021. Kinerja industri garmen yang mengalami pembatasan jumlah karyawan pada masa PPKM juga menunjukkan perbaikan utilisasi, yaitu sebesar 79%-80% pada Bulan Agustus-September 2021 meningkat dari 50% di Bulan Juli 2021.
Faktor pendorong kinerja industri garmen adalah pengalihan order ke Indonesia dari negara kawasan yang sedang lockdown akibat pengendalian peningkatan kasus COVID. Hal ini dapat dibuktikan dengan tingginya nilai ekspor garmen pada Triwulan III 2021, yaitu senilai US$ 2,37 miliar .
Pada saat yang sama, eksportir sejatinya tengah menikmati peluang terbukanya pasar Amerika Serikat, seiring dengan akses produk China yang masih menghadapi kendala di Negeri Paman Sam.
“Di pasar tujuan ekspor harga bisa naik 10 sampai 15 persen karena buyer yang menanggung biaya logistik. Ini sudah mulai berpengaruh ke order ke depan, kalau biaya logistik tidak bisa mereka ikuti bisa dihentikan [pemesanan nya],” kata dia.
Solusi Permasalahan Logistik
Masalah kenaikan biaya logistik terus menjadi kendala bagi banyak industri lokal di Indonesia. Menurut beberapa pakar ahli, hal ini hanya bisa diurai jika Indonesia memiliki shipping line sendiri. Selama bertahun-tahun, perusahaan pengelola pengapalan lintas benua berasal dari luar negeri.
Abdul Sobur, Ketua Presidium Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia menduga ada praktik kesengajaan dalam penetapan biaya pengapalan.
“Saya menduga ada semacam kartel. Sejauh ini yang mengeluh baru dari negara produsen, bukan negara maju yang jadi tujuan ekspor meski yang dirugikan dengan kondisi logistik ini adalah buyer,” katanya.
Selama ini, 80 persen pengapalan komoditas ekspor dan impor Indonesia masih menggunakan kapal-kapal asing. Tidak mengherankan, saat terjadi krisis pelayaran global akibat imbas pandemi Covid-19 dan perang dagang Amerika Serikat-China, Indonesia turut terkena dampaknya.
Faktor geopolitik membuat buyer menjadikan Indonesia sebagai pemasok produk utama. Posisi Indonesia yang tidak condong pada blok ekonomi atau politik tertentu menempatkan perdagangan Indonesia pada situasi yang relatif aman.
Vice Chief Executive Officer PT Pan Brothers Tbk. (PBRX) menjelaskan kontribusi pakaian medis dalam ekspor TPT Indonesia mulai menurun pada 2021 dibandingkan dengan 2020. Hal ini menjadi sinyal bahwa permintaan di luar perlengkapan medis mulai meningkat.
Mengutip data Kementerian Perdagangan, ekspor barang-barang rajutan dalam kode HS 61 meningkat 24,92 persen dalam kurun Januari sampai September 2021, dari US$2,47 miliar menjadi US$3,04 miliar. Sementara ekspor pakaian jadi bukan rajutan dalam kode HS 62 naik 3,36 persen dari US$2,84 miliar menjadi US$2,93 miliar.
Menurut simulasi UNCTAD, lima kelompok produk yang mengalami kenaikan signifikan mencakup komputer, elektronik, dan produk optik (11,4 persen); furnitur (10,2 persen); tekstil dan produk dari tekstil (10,1 persen); produk karet dan plastik (9,4 persen); dan produk farmasi serta peralatan listrik (7,5 persen).
Sumber Data:
- https://ekonomi.bisnis.com/read/20211123/12/1469518/
- Gambar : CNBC
read more

Tetap Update Informasi Dimana Saja
Daftarkan Bisnis Forwarding anda Segera! Dengan bergabung menjadi mitra kami, Anda akan mendapatkan keuntungan tambahan bagi Bisnis Anda. Caranya sangat mudah. Anda dapat menghubungi kami melalui whatsapp di +62-81324664616 atau email kami di cs@logisklik.com