Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan industri beras Indonesia semakin maju. Hal itu, antara lain terlihat dari kemampuan industri beras Indonesia dalam memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Sudah Tiga Tahun Tidak Impor Beras
Menurut Jokowi, sudah tiga tahun Indonesia tak lagi melakukan impor beras. Padahal, sebelumnya Indonesia bisa mengimpor hingga 2 juta ton beras tiap tahun.
“Yang biasanya kita impor beras 1,5 juta sampai 2 juta ton per tahun, sudah 3 tahun ini kita tidak. Ini yang harus dipertahankan, syukur stoknya bisa kita perbesar. Artinya, produktivitas petani itu harus ditingkatkan,” kata Jokowi dalam Rapat Kerja Nasional V Projo beberapa waktu lalu.
Meningkatnya stok beras tak lepas dari para petani dan juga industri yang terus melakukan improvisasi dalam menghasilkan beras, baik dari jumlah produksi maupun kualitas.
Terlebih untuk beras premium, kualitasnya sudah tidak diragukan lagi. Beras premium dikenal bersih dari gabah, batu, serta benda asing yang dapat membahayakan tubuh. Juga, bulir beras tidak mudah patah sehingga menghasilkan nasi dengan tekstur yang baik serta pulen.
Persiapan Ekspor Beras ke Timor Leste
Pemerintah akan mengekspor ratusan ribu ton beras ke negara lain. Langkah ini diambil seiring bertambahnya pasokan beras dalam negeri.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan volume beras yang akan diekspor mencapai 200.000 ton. Kementerian Pertanian (Kementan) sebelumnya menyatakan sedang mempersiapkan ekspor dari Maluku ke Timor Leste.
“Kami ke depan akan melakukan ekspor beras sebesar 200.000 ton karena diminta beberapa negara sahabat,” kata Airlangga di Kompleks Istana Kepresidenan, Rabu (15/6).
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan pihaknya sedang mempersiapkan strategi untuk mengekspor beras. Hal ini bisa dilakukan jika Indonesia mengalami kelebihan pasokan.
“Aku diminta (Presiden Jokowi) untuk mempersiapkan, kalau kelebihan beras (atau) cukup, ya sekali-sekali kita ekspor,” kata Yasin di lingkungan Istana Kepresidenan, Selasa (14/6).
Badan Pusat Statistik (BPS) mendata volume impor beras RI mencapai 407.740 ton pada periode Januari-Desember 2021. Angka itu turun dari rekor impor beras pada kuartal-I 2016 sebanyak 981.992 ton.
Sementara itu, produksi beras pada 2019-2021 stabil di level 31 juta ton per tahun.
Pemerintah juga hanya mengizinkan impor beras saat ini hanya untuk keperluan khusus untuk keperluan hotel, restoran, kafe, serta warga negara asing yang tinggal di Indonesia. Beras khusus tersebut contohnya adalah beras Basmati, Japonica, Hom Mali, serta beras pecah 100% untuk keperluan bahan baku industri.
Mendorong Produksi Beras Organik Ramah Lingkungan
BPS juga mencatat adanya potensi peningkatan produksi beras pada periode Januari-April 2022. Potensi tersebut didorong peningkatan luas panen padi untuk Januari-April 2021 sebesar 380 ribu hektar atau 8,58% menjadi 4,81 juta hektar.
“Kami perkirakan sebesar 14,63 juta ton atau meningkat sebesar 1,05 juta ton. Secara persentase meningkat 7,7% dibandingkan subround pertama 2021,” kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto.
Produksi padi pada periode pertama tahun ini juga berpotensi naik menjadi 25,4 juta ton. Anga ini merupakan peningkatan 7,7% atau 1,82 juta ton dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementan Suwandi mengatakan Kementerian Pertanian mendorong produksi beras organik ramah lingkungan untuk meningkatkan produk komoditas bernilai tambah dan berdaya saing di pasar dunia.
“Saat ini konsep organik telah banyak direplikasi daerah, sehingga berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi di pedesaan dan nasional. Organik mampu menjaga ekosistem kita, memperbaiki struktur tanah, menyehatkan dan memberi nilai tambah,” kata Suwandi.
Padi Organik Ramah Lingkungan Sulawesi Utara
Saat ini, salah satu daerah yang berkomitmen mengembangkan budidaya padi organik ramah lingkungan adalah Provinsi Sulawesi Utara (Sulut).
Plh Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Sulut, Wilhemina Pangemanan menyebutkan salah satu yang menjadi prinsip dalam pengembangan beras organik adalah prinsip lingkungan.
Prinsip tersebut menjaga dan meningkatkan keseimbangan dalam ekosistem, mencegah eksploitasi berlebih, dan memaksimalkan penggunaan sumber daya yang terbarukan.
Perwakilan Balai Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPTPH) Sulawesi Utara, Johanis Wowor mengatakan beras organik bersangkutan dengan pertanian organik yang menjadi jawaban bagi petani untuk meningkatkan kemandirian petani, misal sebagai solusi dari tingginya harga pupuk kimia saat ini.
Pertanian organik tak membutuhkan pupuk buatan pabrik, sehingga bila dikombinasikan dengan bidang peternakan, pengadaan pupuk bisa diupayakan sendiri.
Pupuk organik juga lebih ramah lingkungan dibanding pupuk non organik.
“Dengan tak adanya ketergantungan terhadap pupuk pabrik, petani bisa lebih mandiri dan hemat modal,” terangnya.
Industri Makanan Sehat Meningkatkan Nilai Tambah Produk
James Massie salah seorang petani padi organik menyatakan pentingnya menambah nilai pada produk agrikultur melalui industri makanan sehat.
Diperlukan riset dan pengembangan untuk meningkatkan nilai tambah produk. Pengembangan juga diperlukan pada Sumber Daya Manusia yang ada untuk penerapan inovasi.
“Beras organik membuka peluang bagi petani dan peternak untuk saling bekerja sama dan meningkatkan nilai jual dari hasil produksinya. Selain itu produk yang dihasilkan memiliki keunggulan tersendiri karena lebih sehat dan ramah lingkungan,” katanya.
Kementerian Pertanian (Kementan) berkomitmen akan meningkatkan produktivitas beras organik dengan mengedepankan pengelolaan tanaman berbasis ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Karena itu, Kementan menggelar Bimbingan Teknis dan Sosialisasi (BTS) Propaktani yang diselenggarakan dengan tema “Nilai Tambah dan Daya Saing Produk Pertanian Melalui Pengembangan Beras Organik di Tingkat Petani”, Senin (13/6).
Direktur Jenderal Tanaman Pangan Suwandi mengatakan pihaknya mendukung penuh pertanian dengan sistem organik
Hal tersebut sesuai arahan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) agar seluruh jajaran Kementan mendorong petani bisa mengembangkan atau menggenjot produksi komoditas yang memiliki nilai tambah.
“Saat ini konsep organik banyak direplikasi daerah, sehingga berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi di pedesaan dan nasional,” ujar Suwandi.
Menurut dia, beras organik mampu menjaga ekosistem, memperbaiki struktur tanah, menyehatkan, dan memberi nilai tambah.
Sumber Data:
- https://www.inews.id/
- https://www.idxchannel.com/
- https://katadata.co.id/
- https://www.minews.id/
- https://m.jpnn.com/