ekspor

Rekor Perdagangan RI Sepanjang Sejarah!! Pemerintah Sukses

Menurut catatan, neraca perdagangan Indonesia pada semester I-2022 adalah surplus secara beruntun untuk 27 bulan terakhir.

Neraca perdagangan Indonesia pada Januari-Juni 2022 secara keseluruhan mencatat surplus 24,89 miliar dolar AS. Jauh lebih tinggi dibandingkan dengan capaian pada semester pertama 2021 sebesar 11,84 miliar dolar AS.

Jika dibandingkan periode yang sama di tahun lalu, surplus neraca perdagangan semester I tahun ini meningkat hingga 110% (year-on-year/yoy)

Penyumbang capaian itu di antaranya mulai dari stabilnya harga komoditas yang masih di level tertinggi, juga penguatan kerjasama ekonomi internasional melalui dialog dan koordinasi lintas negara, serta peningkatan ekspor bernilai tambah tinggi khususnya dari sektor industri pengolahan.

Nilai Ekspor Indonesia

Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia Januari–Juni 2022 mencapai US$141,07 miliar atau naik 37,11 persen dibanding periode yang sama tahun 2021. Sementara ekspor nonmigas mencapai US$133,31 miliar atau naik 37,33 persen. Sektor itu terbagi menjadi berikut;

  • Industri pengolahan = 102 US$
  • Tambang dan lainnya = 29,1 US$
  • Pertanian, kehutanan, perikanan = 2,2 US$
  • Minyak dan gas = 7,8 US$

Menurut provinsi asal barang, ekspor Indonesia terbesar pada Januari–Juni 2022 berasal dari Jawa Barat dengan nilai US$19,23 miliar (13,64 persen), diikuti Kalimantan Timur US$16,06 miliar (11,39 persen) dan Jawa Timur US$12,87 miliar (9,12 persen)

Perkembangan Pasca Pandemi

Surplus semester I 2022 pun menjadi surplus per semester yang terbesar dalam sejarah, mengungguli surplus semester I tahun 2007 yang sebesar USD 20,15 miliar.

“Berbagai tantangan global yang kian masif tidak menyurutkan performa positif neraca perdagangan Indonesia. Secara historis, surplus perdagangan semester I 2022 merupakan surplus perdagangan semesteran terbesar sepanjang masa. Kondisi ini patut kita syukuri,” ujar Mendag Zulkifli Hasan menanggapi kinerja neraca perdagangan.

India menjadi negara mitra dagang yang menyumbangkan surplus terbesar dengan nilai USD 1,64 miliar. Kemudian, surplus perdagangan dengan Amerika Serikat (AS) sebesar USD 1,47 miliar disusul Filipina dengan surplus USD 1,16 miliar.

Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) melaporkan data realisasi investasi sepanjang periode kuartal II 2022 yang mencapai Rp 302,2 triliun. Capaian ini meningkat sebesar 7 persen dibandingkan dengan periode sebelumnya.

Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia menyampaikan, secara kumulatif data realisasi investasi sepanjang periode semester I 2022 mencapai Rp 584,6 triliun, atau meningkat sebesar 32 persen dibanding dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya.

Bahlil mengatakan, capaian ini menandakan pulihnya investasi sejak pandemi Covid-19 melanda dua tahun yang lalu. Adapun sejak pandemi lalu, para pelaku usaha melakukan penyesuaian, baik berupa penundaan maupun penghentian produksi sementara waktu.

“Kondisi ini tentunya tidak terlepas dari dukungan kebijakan pemerintah dalam pemberian vaksin booster kepada masyarakat dan melonggarkan mobilitas dan aktivitas masyarakat,” dia menambahkan.

Bahlil memaparkan bahwa persebaran realisasi investasi di luar Pulau Jawa pada triwulan ini kembali lebih unggul dari Pulau Jawa dengan kontribusi sebesar Rp 157,1 triliun, atau 52 persen dari total investasi. Meningkat 38 persen dari periode yang sama di 2021.

BPS catat nilai impor naik sekitar 1,64 persen

Meskipun, BPS mencatat nilai impor naik sekitar 1,64 persen secara month-to-month atau bulanan jika dibandingkan pada bulan Juni 2022 lalu yakni sebesar 21 miliar dolar AS atau setara dengan Rp309,2 triliun.

“Angka impor Juli 2022 naik 39,86 persen jika dibandingkan Juli 2021 yakni sebesar 15,26 miliar dolar AS (Rp224,6 triliun) secara year on year,” ucap Setiono melalui konferensi pers yang digelar secara virtual pada Senin (15/8/2022).

Nilai ekspor Indonesia secara bulanan terpangkas sebesar 2,20 persen

Sementara itu, nilai ekspor Indonesia secara month-to-month pada Juli 2022 sebenarnya terpangkas sebesar 2,20 persen dari sebelumnya sebesar 26,15 miliar dolar AS atau sekitar Rp385,1 triliun per Juni menjadi 25,57 miliar dolar AS atau Rp376,5 triliun.

Penurunan ekspor, kata Setianto, dikarenakan sejumlah faktor. Di antaranya, harga dan volume ekspor migas yang terpangkas pada Juli 2022 silam.

“Penurunan ekspor migas lebih dikarenakan oleh nilai minyak mentah yang turun sebesar 60,06 persen dan volume turun 60,82 persen,” katanya.

Melemahnya ekspor barang non migas turut andil terhadap nilai ekspor Juli 2022 yang mengecil

Lebih lanjut, ekspor barang non migas yang ikut melemah juga turut memberikan andil terhadap nilai ekspor Juli 2022 yang mengecil.

“Jadi, kalau dilihat di grafik, perkembangan mtm dan YoY terkait ekspor kita memang lebih dikarenakan oleh secara persentase turunnya komoditas untuk migas yang turun minus 11,24 persen. Sementara non migas turun 1,64 persen,” ujarnya.

Connect with us!

Sumber Data:

  1. https://www.liputan6.com/
  2. https://indonesiabaik.id/
  3. https://www.idntimes.com/
  4. Sumber Gambar : SHUTTERSTOCK

Leave a Reply

Your email address will not be published.