Akhir-akhir ini, dunia digegerkan dengan isu mengenai resesi global yang akan berdampak di seluruh negara. Tak terkecuali di Indonesia, yang juga ramai pemberitaan yang menyebutkan dampak yang akan dialami di negara ini. Salah satu sektor yang diisukan akan mengalami dampak buruk dari resesi yang akan mengalami puncaknya di tahun 2023 ini adalah di sektor ekonomi, utamanya terkait perdagangan internasional seperti kegiatan ekspor dan impor. Tetapi, apakah seburuk itu dampak resesi tersebut terhadap kegiatan ekspor dan impor di Indonesia ?
Seperti yang diketahui, resesi disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya adalah ketidakstabilan rantai pasokan komoditas di seluruh dunia. Ketidakstabilan itu akhirnya menyebabkan ketidakseimbangan alur ekspor impor. Kegiatan ekspor suatu negara yang terdampak resesi dapat mengakibatkan nilai ekspor turun, karena produsen gagal memperoleh dana untuk membuat produk. Selain itu jika resesi terjadi secara internasional, ekspor juga akan gagal karena negara penerima produk memprioritaskan belanja ke produk lain yang lebih penting. Pada kegiatan impor, berdampak pada kenaikan harga tidak terkontrol, terutama harga produk impor. Saat resesi, transaksi antar negara terganggu, sehingga stok produk impor mengalami kelangkaan. Akibatnya, produk-produk impor ini mengalami kenaikan harga signifikan karena jumlahnya terbatas.
LALU, APA DAMPAK SPESIFIK RESESI TERSEBUT JUGA TERJADI TERHADAP EKSPOR & IMPOR DI INDONESIA ?
Menurut David P. Sirait, Direktur Utama PT IPC Terminal Petikemas, dampak resesi terhadap ekspor dan impor di Indonesia sebenarnya tidak bersifat negatif secara signifikan jika dilihat dari dua sisi yaitu sisi tujuan dan sisi komoditi yang diekspor. Menurut beliau, jika melihat data perkembangan year of year yang justru meningkat dibanding tahun lalu, disebabkan karena ekspor dari Indonesia selalu rutin ke negara-negara yang selalu memiliki demand tertentu, contohnya China. Permintaan yang di ekspor pun merupakan komoditi yang dapat dipenuhi secara teratur oleh Indonesia seperti barang kebutuhan rumah tangga. Jadi sebaliknya, dampak negatif yang dirasakan dari resesi ini juga pasti akan semakin terasa jika dua sisi tersebut tidak diperhatikan.
Selain itu,menurut ekonom Chatib Basri, kalaupun ada dampak resesi terhadap kegiatan ekspor & impor di Indonesia, itu tidak akan besar. Pasalnya, kontribusi ekspor Indonesia terhadap pertumbuhan ekonomi hanya menyumbang 25 %, kecil dibandingkan dengan Singapura yang memiliki share ekspor terhadap pertumbuhan ekonominya mencapai 200%. Alhasil, ekonomi Indonesia hanya akan mengalami perlambatan.
“Ini gara-gara share ekspor ke GDP cuma 25%, ya efeknya 25%. Itu yang menyebabkan dampaknya slowdown, tapi tidak resesi.” ujar Chatib.
Hal ini juga diaminkan oleh ekonom Bank Permata Josua Pardede, yang mengatakan permintaan ekspor dari sejumlah negara yang masuk ke jurang resesi memang akan turun dan mempengaruhi neraca perdagangan RI, tetapi tidak terlalu signifikan. Menurut Josua, dampak atas kegiatan ekspor dan impor ke PDB RI sebesar 20 persen. Sisanya berasal dari konsumsi rumah tangga dan investasi. Meski tak besar, tapi pemerintah harus tetap waspada karena dampak gejolak ekonomi global akan merembet ke RI.
“Iya (ada pengaruh dari sisi ekspor impor). Tapi komponen ekspor impor kurang dari 20 persen terhadap PDB,” kata Josua.
LANTAS, PELUANG APA YANG DAPAT DIMANFAATKAN DARI SITUASI PADA KEGIATAN EKSPOR SAAT INI ?
Mengutip dari situs kemendag.go.id, salah satu strategi yang dilakukan untuk tetap menguatkan kegiatan ekspor adalah mengupayakan diversifikasi pasar ekspor yang dilakukan melalui promosi ekspor termasuk Trade Expo dan misi dagang negara-negara tujuan ekspor non tradisional terutama Afrika, Timur Tengah, Amerika Latin, dan Eurasia. Upaya diversifikasi tersebut dilakukan dengan menjalin perjanjian bilateral dengan negara-negara mitra dagang baru setelah mendorong peningkatan ekspor produk bernilai tambah tinggi, termasuk dengan refocusing produk ekspor dari produk primer ke produk industri, dan diversifikasi produk ekspor, termasuk penggiatan ekspor jasa. Ini berarti bahwa kegiatan ekspor masih dapat bertahan dari dampak resesi apabila ekspor dikhususkan ke tujuan-tujuan yang masih dapat mengakomodir permintaan produk secara stabil ke negaranya. Kegiatan ekspor tidak lagi selalu terpaku pada satu kawasan yang selalu melakukan demand, tetapi juga mencoba untuk mengakses pasar di kawasan berkembang. Selain itu, perlu juga untuk mempelajari ketersediaan komoditi tertentu yang memiliki demand tinggi dan stabil, sehingga ekspor tetap berlangsung secara konsisten.
Dengan begitu, diharapkan kegiatan ekspor dan impor di negara Indonesia tetap dapat bertahan dari dampak resesi global.
Referensi :
- Nasib Ekspor Impor RI di Tengah Tekanan Ekonomi Global : https://www.youtube.com/watch?v=fFvGvUsYEeE
- https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20220927121745-532-853134/apa-yang-terjadi-jika-ekonomi-global-resesi
- https://money.kompas.com/read/2022/10/12/073000026/chatib-basri–kalau-ditanya-indonesia-akan-resesi-tidak-jawaban-saya-tidak-
- https://www.ocbcnisp.com/id/article/2021/05/17/dampak-resesi
- https://berkas.dpr.go.id/puskajianggaran/kajian/file/kajian-174.pdf