Keputusan penggabungan operator pelabuhan negara PT Pelindo I-IV ke Pelindo tahun lalu (1 Oktober 2021) telah menciptakan kinerja operasional yang positif di beberapa pelabuhan terkemuka di Indonesia. Beberapa data port stay telah membuktikannya.
Masa Inap Pelabuhan Makin Singkat
Data yang dirilis Sub-holding PT Pelindo Terminal Petikemas (SPTP), sub-holding pengoperasian terminal peti kemas, menjelaskan bahwa pada kuartal I (Q1 2022), port stay beberapa terminal peti kemas terkemuka di beberapa pelabuhan nasional semakin dipersingkat. secara signifikan.
Sekretaris Perusahaan SPTP Widyaswendra Widyaswendra memberikan beberapa contoh seperti dikutip kontan.co.id. Masa inap pelabuhan TPK (terminal peti kemas) Makassar turun dari 30 menjadi 24 jam. Hal ini terjadi berkat serangkaian upaya perbaikan yang dilakukan operator SPTP.
Serangkaian upaya pembenahan terminal tersebut antara lain standarisasi dan digitalisasi proses bisnis, penataan ulang jam kerja buruh pelabuhan (TKBM) yang lebih baik, dan peningkatan peralatan pendukung terkait terminal.
“Berlabuh lebih singkat diharapkan dapat memangkas biaya logistik,” kata Widyaswendra kepada kontan.co.id.
Peningkatan kinerja juga berdampak pada kedatangan kapal terjadwal di jendela dermaga. Standarisasi semua terminal SPTP akan mendukung jadwal kapal yang lebih baik di jendela berlabuh dan meminimalkan penundaan.
Widyaswendra menjelaskan, ada satu jalur pelayaran yang memiliki 2 jendela tambatan di Makassar – rute Makassar-Surabaya dan Makassar-Semarang-Jakarta-Belawan, selalu tepat waktu dan tidak pernah molor lagi.
Selain di TPK Makassar, peningkatan kinerja operasional juga tercatat di TPK Belawan. Masa inap di terminal meningkat dari rata-rata 36 jam menjadi rata-rata 20 jam. Demikian pula TPK Ambon mencatat waktu singgah di pelabuhan dari 72 jam menjadi 36 jam.
Selain ketiga terminal peti kemas, upaya standardisasi juga dilakukan di 27 terminal SPTP lainnya.
“Dalam waktu dekat kami akan melakukan standarisasi pelayanan di TPK Sorong, TPK Pantoloan, TPK Perawang, TPK Kendari, dan TPK Jayapura,” kata Widyaswendra.
Bongkar Muat Lebih Cepat
Beberapa sumber yang dihubungi dari jalur pelayaran mengkonfirmasi kinerja terminal peti kemas tersebut, mengatakan proses bongkar muat semakin cepat.
Head of Tanto Intim Line Cabang Ambon Vence Pattiwael mengungkapkan peningkatan kinerja operasional di TPK Ambon mengalami peningkatan yang signifikan. Saat ini, kata dia, waktu bongkar muat kapal berkapasitas 600 boks dapat diselesaikan dalam waktu kurang lebih 36 jam.
“Ini jauh lebih cepat dari sebelumnya. Kami pernah menghabiskan tiga hari hanya untuk membongkar 200 kontainer. Tapi, sekarang sudah membaik. Dan yang terpenting adalah layanan administrasi dapat diakses melalui telepon. Jadi tidak perlu antri,” ujarnya seperti ditulis kontan.co.id.
“Kita sudah mengalami bongkar muat 200 peti kemas yang memakan waktu lebih dari 3 hari. Dengan sistem saat ini tentunya lebih cepat dan yang terpenting untuk pelayanan administrasi yang bisa diakses melalui telepon tidak perlu antri,” jelasnya. .
Senada dengan itu, Kepala PT Meratus Line Cabang Makassar Steven Kristanto mengatakan terminal juga telah meningkatkan pelayanannya dalam hal pengaduan pelanggan. TPK Makassar, kata dia, lebih tanggap dalam menindaklanjuti pengaduan yang disampaikan oleh pihak pelayaran. Hal ini membantu untuk membangun kepercayaan dari pelanggan pelayaran (Meratus Line).
“Kegiatan bongkar muat di TPK Makassar saat ini juga semakin cepat, rata-rata bisa mencapai 50 boks peti kemas per jam,” ujarnya.
Pelindo Sesudah Merger
Mengutip dari akun Instagram @Pelindo3, Jumat (1/10/2021), sebelum merger ada empat entitas Pelindo, yakni Pelindo I, Pelindo II/IPC, Pelindo III, dan Pelindo IV yang beroperasi berdasarkan cakupan wilayah.
Tak hanya itu, operasional masing-masing Pelabuhan tersebut juga tidak terstandar dan kurang terkoordinasi secara nasional. Belum lagi pengembangan infrastruktur pelabuhan yang belum optimal.
Pertama, setelah merger menjadi satu Pelindo. Nama Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pelabuhan pasca merger tak ada lagi embel – embel angka I, I,II,II, atau IV melainkan hanya PT Pelabuhan Indonesia (Persero) atau Pelindo.
Kedua, bisnis dan operasional pelabuhan menjadi terstandar.
Ketiga, hal ini membuat pemerintah dapat berkoordinasi dengan satu BUMN pelabuhan secara nasional. Ketiga, pengembangan konektivitas untuk hinterland lebih terkoordinasi.
Direktur Operasi dan Komersial Pelindo III Putut Sri Muljanto menyampaikan pada 1 Oktober 2021 akan terbentuk empat regional sub holding Pelindo, di antaranya, regional 1 yang berlokasi di Medan, regional 2 yang berlokasi di Jakarta, dan regional 3 yang berlokasi di Surabaya, serta regional IV di Makassar.
Dia menuturkan pasca merger berbagai persoalan termasuk hubungan dengan pelanggan dan konsumen tetap berjalan sebagaimana mestinya di masing-masing Pelindo regional.
Tak ada perubahan layanan dan hubungan dengan pelanggan. Nantinya, di masing-masing regional sub holding akan terdapat regional head yang memiliki kewenangan dalam mengambil keputusan sebagaimana yang saat ini dimiliki oleh direksi Pelindo I-IV tetapi sesuai dengan pembatasan kewenangan yang diberikan.
Dengan demikian, segala persoalan operasi dan hubungan dengan pelanggan bisa diputuskan oleh regional head di masing – masing sub holding.
Sumber Data:
- https://indoshippinggazette.com/
- https://ekonomi.bisnis.com/
- Sumber Gambar : Antara Foto