the fed sri mulyani

The Fed Naikkan Suku Bunga, Dampak Ekspor Impor

Kementerian Keuangan menilai bahwa laju inflasi global dan kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (The Fed) menjadi bagian dari risiko global yang dapat mempengaruhi kinerja perdagangan, khususnya ekspor impor.

Ketika terjadi inflasi, daya saing barang ekspor berkurang. Hal itu terjadi karena harga barang ekspor semakin mahal. Inflasi dapat menyulitkan kedua belah pihak, baik pihak eksportir maupun pihak negara. Negara mengalami kerugian karena daya saing barang ekspor berkurang. Akibatnya, jumlah penjualan berkurang. Devisa yang diperoleh juga semakin sedikit.

Kinerja Positif Indonesia Secara Keseluruhan

Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Nathan Kacaribu menilai bahwa secara keseluruhan, neraca perdagangan Indonesia masih mencatatkan kinerja positif pada Mei 2022, dengan surplus US$2,9 miliar.

Meskipun nilainya turun dari bulan lalu, Indonesia berhasil mempertahankan surplus 25 bulan berturut-turut.

“Pemerintah akan terus memonitor dan mewaspadai berbagai potensi risiko global yang berdampak pada kinerja perdagangan Indonesia, khususnya perkembangan terakhir terkait dinamika inflasi di AS serta respons lebih agresif dari The Fed,” ujar Febrio.

Menurutnya, perdagangan menghadapi tantangan yang besar dari dinamika perekonomian global, yang bergerak dinamis baik karena pandemi Covid-19 maupun efek perang Rusia dan Ukraina. Selain itu, Febrio menilai kebijakan The Fed dapat mempengaruhi kinerja perdagangan sehingga perlu mendapatkan perhatian.

Kenaikan Suku Bunga Resmi, 0,75%

The Fed resmi mengerek suku bunga acuan mereka 0,75 persen. Kenaikan suku bunga ini menjadi yang terbesar sejak 1994. Kenaikan suku bunga acuan dalam jumlah besar ini sekaligus menjadi langkah agresif The Fed untuk menahan inflasi di Amerika Serikat yang terus mendaki di luar perkirakan.

Langkah kenaikan suku bunga sebesar 0,75 persen ini membawa suku bunga The Fed dalam kisaran 1,5 persen dan 1,75 persen. Kenaikan suku bunga itu pun diperkirakan akan terus berlanjut menjadi 3,4 persen pada akhir tahun.

Febrio pun menilai bahwa dinamika kebijakan di China perlu mendapatkan sorotan. Dia berharap pelonggaran restriksi mobilitas di Negeri Tirai Bambu dapat meningkatkan kembali kinerja ekspor ke sana. Meskipun, pemulihan aktivitas di China masih membutuhkan waktu.

“Dengan berbagai faktor tersebut, pemerintah optimis kinerja perdagangan akan semakin menguat, meningkatkan posisi keseimbangan eksternal dan terus mendorong penguatan pemulihan ekonomi nasional,” imbuhnya.

Akibat Lockdown di China

Menurut Febrio, perlambatan secara bulanan terutama terkait dengan gangguan rantai pasok global, yakni akibat kebijakan lockdown ketat di China.

Nilai tukar rupiah terhadap dolar pada perdagangan Kamis, 16 Juni 2022, melemah 22 poin di level Rp 14.768. Mata uang garuda sempat menguat 25 poin di level 14.767 dari penutupan sebelumnya di level Rp 14.745.

“Sedangkan untuk perdagangan besok, mata uang rupiah kemungkinan dibuka  berfluktuatif, namun  ditutup melemah di rentang  Rp 14.750-14.810,” ujar Direktur PT.TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi dalam keterangannya, Kamis, 16 Juni.

Pergerakan rupiah di pasar spot terpengaruh oleh sentimen investor yang merespons kenaikan suku bunga The Fed sebesar 75 basis poin. Kenaikan suku bunga ini bertujuan untuk menekan laju inflasi setelah indeks harga konsumen naik 8,6 persen year on year pada Mei–tertinggi sejak 1994.

Hati-Hati Inflasi

Di sisi lain, investor sedang menunggu keputusan kebijakan dari Bank of England (BOE) yang akan jatuh tempo hari ini. Sedangkan dari sisi internal, pergerakan rupiah terpengaruh oleh peningkatan tajam jumlah peserta program pengungkapan sukarela atau PPS menjelang batas waktu pendaftarannya.

Pada Juni 2022, terjadi peningkatan pesat peserta PPS dari bulan-bulan sebelumnya. Adapun Juni ini merupakan bulan terakhir peserta PPS dapat mengikuti program tersebut.

Faktor lain dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) memperkirakan inflasi yang diukur atas Indeks Harga Konsumen (IHK) pada 2022 akan meningkat hingga mencapai 4,2 persen. Kondisi tersebut menjadi cerminan koordinasi fiskal dan moneter yang sangat kuat.

Fiskal meningkatkan subsidi sehingga tidak semua lonjakan harga energi dan komoditas dunia berdampak terhadap inflasi dalam negeri. BI juga ikut berpartisipasi dalam pembiayaan anggaran negara untuk tahun ini.

Pemerintah Indonesia Akan Membantu Daya Beli Masyarakat

Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan dampak keputusan Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) yang menaikkan suku bunga 75 basis poin terhadap perekonomian Indonesia dan dunia.  Dia menyebut bahwa inflasi Amerika Serikat yang terus meningkat hingga Mei 2022 membuat pasar berekspektasi bahwa akan terdapat kenaikan suku bunga acuan. Menurutnya, pasar menanti-nanti keputusan The Fed untuk menentukan arah.

“Pernyataan The Fed harus segera melakukan langkah untuk menangani atau mengontrol inflasi itu, sebetulnya itu yang ditunggu-tunggu oleh market. Kemaren sudah di-deliver dengan 75 basis poin kenaikannya,” ujar Sri Mulyani.

Sri Mulyani menilai saat ini dunia menghadapi tekanan dari kenaikan berbagai harga, dari pangan hingga energi yang memberikan tekanan besar terhadap kondisi ekonomi. Setelah adanya keputusan The Fed, lanjutnya, berbagai negara termasuk Indonesia dapat menyiapkan antisipasi kebijakan dalam menjaga perekonomian.

Menurutnya, pemerintah membantu mengelola dengan menganggarkan untuk membantu daya beli rakyat dan memulihkan ekonomi. Namun, di sisi lain pemerintah berupaya untuk mengurangi defisit.

“[Hal tersebut] penting dalam kondisi cost of fund akan naik dengan kenaikan suku bunga The Fed dan tren di European Central Bank juga hal yang sama, keniscayaan itu pasti terjadi,” ucapnya.

Pemerintah kemudian akan mengurangi eksposur dari utang dengan menurunkan defisit.

Semua Upaya Menahan Inflasi

Menurut Sri Mulyani, hal itu pun sejalan dengan konsolidasi fiskal, yakni menurunkan defisit anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) di bawah 3 persen pada tahun depan.

“Pendanaannya karena penerimaan cukup kuat dan Silpa cukup kuat itu bisa mengurangi issuance kita dari surat berharga. Sehingga, dengan kenaikan suku bunga, tetapi kemudian issuance kita lebih sedikit, kita berharap debt to GDP ratio bisa kita turunkan. Defisit turun, pembiayaannya menjadi turun, itu cara kita untuk mengamankan [keuangan negara],” ujarnya.

Dilansir dari Bloomberg, Bank Sentral Amerika Serikat The Fed resmi mengerek suku bunga acuan mereka 0,75 persen. Kenaikan suku bunga ini menjadi yang terbesar sejak 1994.

Kenaikan suku bunga acuan dalam jumlah besar ini sekaligus sinyal dari The Fed akan langkah agresif yang akan ditempuh untuk menahan inflasi di Amerika Serikat yang terus mendaki di luar perkirakan. Langkah kenaikan suku bunga sebesar 0,75 persen ini membawa suku bunga The Fed dalam kisaran 1,5 persen dan 1,75 persen. Kenaikan suku bunga itu pun diperkirakan akan terus berlanjut menjadi 3,4 persen pada akhir tahun.

Connect with us!

Sumber Data:

  1. https://ekonomi.bisnis.com/
  2. https://bisnis.tempo.co/
  3. https://finansial.bisnis.com/
Perdagangan Indonesia Chile Makin Cerah Lewat Penandatanganan Protokol

Perdagangan Indonesia Chile Makin Cerah Lewat Penandatanganan Protokol

logisklikNov 23, 20224 min read

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan dan Wakil Menteri Hubungan Ekonomi Internasional Chile José Miguel Ahumada menandatangani Protokol Perdagangan Jasa ke dalam Persetujuan Kemitraan Ekonomi Komprehensif antara Pemerintah Indonesia dan Chile pada hari Senin (21/11/2022). Penandatanganan Protokol tersebut menandai tercapainya kesepakatan kerja…

Meterai Elektronik, Bagaimana Menggunakannya?

Meterai Elektronik, Bagaimana Menggunakannya?

logisklikNov 15, 20224 min read

Meterai elektronik dapat mempermudah pembuatan dokumen secara elektronik. Seiring berkembangnya teknologi informasi, turut terjadi perubahan bentuk dokumen menjadi elektronik yang memanfaatkan jaringan internet atau secara online. Meterai dalam bentuk elektronik bisa dimanfaatkan masyarakat untuk bertransaksi secara elektronik. Baca juga: Meterai…

Persiapan Ekspor Yang Perlu Diperhatikan Pelaku UKM

Persiapan Ekspor Yang Perlu Diperhatikan Pelaku UKM

logisklikNov 10, 20227 min read

Pelaku UKM mungkin belum begitu akrab dengan kegiatan ekspor atau mengirimkan barang ke negara lain. Minimnya informasi tentang kondisi pasar luar negeri, rumitnya mengurus perizinan ekspor, dan modal yang cukup besar merupakan sejumlah penghalang yang menghambat pelaku UKM untuk mengekspor…

Incoterms 2020: Klasifikasi dan Kategori

Incoterms 2020: Klasifikasi dan Kategori

logisklikNov 9, 202215 min read

Incoterms adalah seperangkat aturan komersial/perdagangan yang ditetapkan oleh Kamar Dagang Internasional (“ICC”) yang digunakan dalam kontrak penjualan internasional.[1] Incoterms bukan aturan wajib, agar memiliki efek hukum, incoterms harus secara jelas dimasukkan oleh para pelaku ekspor impor ke dalam kontrak mereka. Berikut…

Sertifikat Fitosanitari untuk Ekspor Kopi

Sertifikat Fitosanitari untuk Ekspor Kopi

logisklikNov 8, 20226 min read

Sertifikat fitosanitari (phytosanitary certificate) adalah salah satu syarat ekspor kopi yang diminta negara-negara tujuan ekspor teresar untuk memastikan kualitas komoditas kopi yang mereka terima. Salah satu peluang bisnis bagi UMKM Indonesia adalah ekspor kopi, khususnya biji kopi. Kopi merupakan komoditas…

Menjadi Mitra Logisklik

Maksimalkan Kinerja Kendaraan Anda

Leave a Reply

Your email address will not be published.